IMATEPSI Membuka Jalur Karir bagi Talenta Teknologi Pendidikan, Menjembatani Kesenjangan antara Kampus dan Industri

IMATEPSI Membuka Jalur Karir bagi Talenta Teknologi Pendidikan, Menjembatani Kesenjangan antara Kampus dan Industri

Program yang digerakkan oleh data ini berhasil menghubungkan mahasiswa dengan para praktisi industri.

Ikatan Mahasiswa Teknologi Pendidikan Seluruh Indonesia (IMATEPSI), dengan dukungan teknis dan penelitian dari EDTECH-ID, meluncurkan EdTech Career Lab (sebelumnya dikenal sebagai NETTS). Program yang digerakkan oleh data ini berhasil menghubungkan mahasiswa dengan para praktisi industri, meningkatkan kesadaran akan peluang karir, dan secara signifikan mulai mengubah pengakuan industri terhadap bidang Teknologi Pendidikan di Indonesia.

Inti Cerita Ikatan Mahasiswa Teknologi Pendidikan Seluruh Indonesia (IMATEPSI) mengidentifikasi adanya keterputusan yang kritis antara para anggotanya dengan peluang karir di sektor swasta. Dengan dukungan riset dari EDTECH-ID, mereka meluncurkan EdTech Career Lab, sebuah program untuk membangun ekosistem yang menjembatani kesenjangan ini. Inisiatif ini berhasil melibatkan lebih dari 230 mahasiswa , memetakan kebutuhan industri secara mendalam, dan pada akhirnya memengaruhi terciptanya lowongan kerja yang secara eksplisit mencari lulusan Teknologi Pendidikan, membuktikan nilai dari sebuah pendekatan proaktif dalam membangun komunitas.


Tantangan Bisnis

Meskipun tren pasar kerja di Indonesia menunjukkan adanya permintaan yang signifikan untuk keahlian di bidang Teknologi Pendidikan, para mahasiswa dan lulusan baru yang diwakili oleh IMATEPSI menghadapi dua tantangan besar yang menghambat jalur karir mereka.

  • Kesenjangan Kesadaran dan Pengetahuan: Sebuah survei yang dilakukan terhadap 73 mahasiswa mengungkap bahwa mayoritas dari mereka tidak mengetahui peluang karir yang tersedia di industri swasta. Sebagian besar bercita-cita menjadi guru TIK atau desainer grafis, dan tidak mengenal istilah-istilah profesi industri seperti learning designer, instructional designer, atau talent development specialist. Ini menunjukkan adanya kesenjangan informasi yang nyata antara dunia akademis dan kebutuhan industri.
  • Minimnya Pengakuan dari Industri: Di sisi lain, industri sendiri menunjukkan pengakuan yang terbatas terhadap bidang ilmu Teknologi Pendidikan. Analisis terhadap 109 lowongan kerja yang relevan menemukan bahwa kualifikasi “Teknologi Pendidikan” hampir tidak pernah disebutkan ; perusahaan lebih sering mencari lulusan dari bidang Psikologi atau Manajemen untuk peran Learning and Development. Bahkan, seorang narasumber berbagi pengalamannya harus menjelaskan bidang ilmunya dari awal saat sesi wawancara kerja.

Tantangan ini diperburuk oleh tidak adanya wadah khusus yang dapat mempertemukan mahasiswa dengan para alumni dan praktisi industri , menciptakan sebuah “kesenjangan nyata” yang perlu segera diatasi oleh IMATEPSI sebagai organisasi penggerak mahasiswa.


Sebuah Perjalanan Transformasi

Untuk mengatasi tantangan multidimensi ini, IMATEPSI, sebagai organisasi yang menaungi mahasiswa Teknologi Pendidikan di seluruh Indonesia, berkolaborasi dengan EDTECH-ID untuk menginisiasi sebuah program strategis bernama National Educational Technology Talent Survey (NETTS), yang kemudian berkembang menjadi EdTech Career Lab. Program ini dirancang menggunakan kerangka kerja

Research and Development yang sistematis, dimulai dari identifikasi masalah hingga pengujian solusi.

Perjalanan transformasi ini melibatkan beberapa kegiatan inti:

  1. Memetakan Lanskap: Tim melakukan survei kesiapan kerja yang menunjukkan bahwa meskipun mahasiswa memiliki optimisme dan efikasi diri yang baik, mereka sangat kekurangan pengalaman dalam konteks profesional.
  2. Menganalisis Kebutuhan Industri: Tim secara manual mengumpulkan dan menganalisis 110 lowongan pekerjaan untuk memahami kualifikasi yang paling dicari. Ditemukan bahwa kemampuan untuk melakukan Training Need Analysis (TNA) adalah salah satu kompetensi minimum yang paling sering disebut , dan banyak posisi memerlukan pengalaman kerja lebih dari 2 tahun—sebuah potensi penghalang bagi lulusan baru.
  3. Membangun Jembatan Komunitas: Sebagai “ujung tombak” program, diselenggarakan serangkaian webinar dan lokakarya yang mempertemukan mahasiswa dengan para praktisi dan alumni. Kegiatan sosialisasi ini berhasil melibatkan tujuh himpunan mahasiswa dari berbagai universitas, menciptakan momentum dan minat terhadap kondisi pasar kerja yang sesungguhnya.

Hasil

Inisiatif yang dipimpin oleh IMATEPSI ini memberikan hasil yang terukur dan berdampak luas, membuktikan bahwa intervensi yang tepat dapat mengubah ekosistem secara positif.

  • Partisipasi dan Keterlibatan Tinggi: Program ini berhasil menjangkau dan melibatkan 230 mahasiswa, 25 praktisi industri yang berperan sebagai narasumber, dan 5 himpunan mahasiswa yang berkolaborasi dalam pelaksanaannya.
  • Peningkatan Pengakuan Industri: Dampak paling signifikan adalah terciptanya 3 lowongan kerja baru yang secara eksplisit mencantumkan “Teknologi Pendidikan” dalam kualifikasinya. Ini merupakan sebuah terobosan dan pencapaian dari salah satu tujuan jangka panjang program, yaitu meningkatkan pengakuan industri.
  • Jangkauan Publikasi yang Luas: Upaya program ini diliput secara luas, menghasilkan 35 publikasi di media massa yang membantu menyosialisasikan program dan bidang Teknologi Pendidikan itu sendiri.
  • Membangun Keberlanjutan Ekosistem: Program ini telah terbukti dapat berjalan secara mandiri melalui peran aktif para praktisi dan lulusan selama 6 bulan, menunjukkan terbentuknya sebuah ekosistem yang berkelanjutan.

Langkah Selanjutnya

Meskipun telah menunjukkan keberhasilan awal yang signifikan, IMATEPSI menyadari bahwa ini adalah sebuah langkah pertama. Untuk memaksimalkan dampaknya, program EdTech Career Lab harus diperluas untuk melibatkan jaringan universitas, asosiasi profesi, dan mitra korporat yang lebih luas. Fokus ke depan adalah pada hasil jangka panjang, seperti terus meningkatkan jumlah lowongan kerja yang mencari lulusan Teknologi Pendidikan, membangun kolaborasi institusional yang lebih kuat, dan menciptakan ekosistem yang suportif untuk pertumbuhan profesional yang berkelanjutan.